Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Alhamdulillah

  Yang Selalu Mengucap, "Alhamdulillah." Bukan pada soal berapa, tetapi soal rasa yang memenuhi rongga dada yang menuntun hati dan lisan untuk selalu mengucap kata sebagai rasa syukur atas nikmat yang tersaji dalam berbagai rupa. Matahari tak terlalu terik dan tak ada juga awan menyapa, langit yang membentang tampak cerah sehingga tercipta suasana bersahabat untuk segala aktivitas bagi mereka yang dianugerahi raga yang bugar. Di belakang sebuah gedung anak-anak berkerumun membeli jualan seorang bapak yang sejak tadi pagi-pagi mengatur jualannya. Guratan rasa syukur terpancar dari wajahnya melalui lisannya yang selalu terucap kalimat, "Alhamdulillah." pada setiap sodoran uang yang ia dapatkan. Allah menggerakkan kaki ini untuk berjalan mendekat dan membelanjakan sebagian rezeki kepadanya. Antrian anak-anak belum usai. Anak berikutnya maju menyodorkan uang Rp 2000. Terlontar lagi kalimat, "Alhamdulillah." Kemudian anak berikutnya lagi menyodorkan uang Rp 10
Gambar
 Kesedihan dan Kisah Abu Dujanah "Kesempatan menikmati dan menghirup udara hari ini adalah berkah yang mengandung tanggung jawab." *** Sedih seperlunya, kemudian kembali bangkit menyusun bata-bata penyemangat. Tak ada yang abadi, begitu pula dengan kesedihan, suatu masa akan terganti dengan bahagia. Jika terus tenggelam dalam kesedihan, artinya tak siap untuk menjalani hari-hari ke depan. Setiap orang memimpikan kedamaian tanpa diusik kesedihan. Namun, itu semua tak semudah angan-angan. Ada hal yang terjadi meski manusia tak menginginkannya. Dikisahkan bahwa ada seorang peserta seminar bertanya  kepada pemateri, "Mana yang lebih banyak di dunia ini, orang yang hidup bahagia atau sedih?" Pertanyaan yang sulit dijawab karena pertanyaan itu membutuhkan penelitian atau survei untuk membuktikannya, tetapi bisa dilihat dari indikasi-indikasi yang ada. Bisnis tempat-tempat hiburan semakin berkembang, di televisi lebih banyak menayangkan acara hiburan seperti film, musik, l
Gambar
 Usaha Hari Ini Untuk Esok yang Penuh Rahasia “𝘔𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬, 𝘥𝘪𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭.” (Mahatma Gandhi). Dalam hidup manusia telah digariskan dua rasa yang selalu bergandengan dan tak akan pernah lepas. Rasa lapang dan sempit, bahagia dan sedih, suka dan duka. Rasa itu selalu menyertai dalam berbagai ikhtiar. Tak selamanya hasil akan sesuai dengan apa yang diusahakan, bukan berarti itu bentuk kezaliman, melainkan sebagai bentuk kesungguhan berikhtiar.  Hasil dari ikhtiar berupa rezeki, sedangkan rezeki adalah ketetapan yang  cara menjemputnya diliputi ujian dengan berbagai rasa. Hari itu, embusan angin subuh menerpa wajah optimisnya. Selepas kewajiban telah tertunai ia menyusun rencana penawaran usahanya. Embun yang menggelayut di daun bunga sejak pintu  dibuka mulai mengering tersapa sinar mentari pagi
Gambar
 Malu “Budaya Malu.” Tulisan yang terlihat jelas mulai dari jarak sepuluh meter ketika memasuki area sebuah gedung sekolah. Tulisan yang terlihat sederhana. Namun, mengandung makna penguat akhlak. Sifat malu tak akan mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan, malu yang terbungkus ilmu. Hari itu, semua telah menunaikan salat duhah, kemudian semua siswa kembali ke tempat duduk masing-masing untuk siap membekali diri dengan ilmu dikala pagi saat hati dan pikiran masih sempurna agar mudah menangkap faedah ilmu. “Tok, tok, tok.” Suara ketukan pintu kelas. Sesosok dengan wajah cemberut berdiri di depan pintu ditemani oleh Sang Ibu. “Maaf, hari ini dia terlambat makanya cemberut, malu katanya karena datang terlambat,” si ibu menjelaskan. *** Malu itu baik, hanya saja kerap kali disalah artikan. Memiliki rasa malu bagaikan memiliki pegangan untuk menyelamatkan diri. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. “Jika Allah ingin menghancurkan sebuah kaum, dicabutlah dari mereka rasa
Gambar
Jalan ketenangan Tanda kesuburan semesta paling besar adalah bertebarannya sosok saleh salehah dari segala penjuru yang membawa kebaikan bagi sesama, yang mencintai apa yang dicintai-Nya dan membenci apa yang dibenci-Nya. Di mana pun mereka bertempat akan selalu mendatangkan manfaat bagi yang  mengitarinya. Keberadaan saleh salehah bagaikan penjual minyak wangi yang memercikkan wewangian pada yang mereka terdekat. *** Hilir mudik para mahasiswa terlihat dari berbagai sudut. Mereka yang dari gedung putih bertingkat turun berbondong-bondong.  Semua aktivitas perkuliahan tak lama lagi dihentikan mengingat akan memasuki waktu salat Jumat. Jalanan di depan kampus mulai terlihat sepi. Segerombolan mahasiswi dengan penampilan lain dari kebanyakan orang bertebaran menghampiri kami yang baru keluar kelas. “Assalamualaikum, kami sedang mengadakan kajian Jumat (kamat) dengan tema yang menarik.Yuk, ikutan untuk menambah ilmu dan teman di sana,” ajak salah seorang di antara mereka. Berbagai alasan