Jalan ketenangan
Tanda kesuburan semesta paling besar adalah bertebarannya sosok saleh salehah dari segala penjuru yang membawa kebaikan bagi sesama, yang mencintai apa yang dicintai-Nya dan membenci apa yang dibenci-Nya. Di mana pun mereka bertempat akan selalu mendatangkan manfaat bagi yang mengitarinya.
Keberadaan saleh salehah bagaikan penjual minyak wangi yang memercikkan wewangian pada yang mereka terdekat.
***
Hilir mudik para mahasiswa terlihat dari berbagai sudut. Mereka yang dari gedung putih bertingkat turun berbondong-bondong. Semua aktivitas perkuliahan tak lama lagi dihentikan mengingat akan memasuki waktu salat Jumat. Jalanan di depan kampus mulai terlihat sepi.
Segerombolan mahasiswi dengan penampilan lain dari kebanyakan orang bertebaran menghampiri kami yang baru keluar kelas. “Assalamualaikum, kami sedang mengadakan kajian Jumat (kamat) dengan tema yang menarik.Yuk, ikutan untuk menambah ilmu dan teman di sana,” ajak salah seorang di antara mereka. Berbagai alasan kami sampaikan untuk menolak ajakan itu.
Jumat berikutnya terulang kembali kejadian di atas. Waktu terus berputar pada porosnya, mengitari jagat raya menurut kehendak-Nya. Hingga sampai semester berganti pun alasan penolakan terus kami berikan. Entah Jumat ke berapa setelah memasuki semester berikutnya, akhirnya kami merasa malu untuk terus melakukan penolakan.
Ditujulah oleh kami tempat kegiatan itu. Rupanya di dalam sudah mulai ramai oleh mereka yang haus akan ilmu. Azan Jumat mulai berkumandang. "Kita dengarkan azan sejenak," kata moderator. Setelah itu moderator mempersilakan pemateri. Semua panitia dan pengisi kegiatan memiliki penampilan lahiriyah yang sama. Tampak yang menjadi pemateri adalah kakak-kakak senior.
Majelis pun dibuka, baru beberapa saat banyak yang mulai terlihat mengantuk, seakan majelis itu menjadi pengantar tidur buat kami. Meski demikian, Jumat berikutnya kami tetap kembali hadir, entah menikmati suasana yang membuat nyaman tidur atau ketenangan hati yang didapatkan, pada saat itu masih belum belum bisa merasakan.
Perlahan kami mulai merasakan perasaan seperti yang dikatakan oleh Imam Syafi'i, “Aku mencintai orang-orang saleh, meski diri tak termasuk di antara mereka.” Mereka adalah orang-orang yang bertakwa lagi tersembunyi. Terkenal di langit meski diabaikan di bumi. Dirindukan surga meski dikucilkan dunia.
Bersama mereka adalah sebuah karunia disaat dunia menawarkan berbagai rasa. Sebagaimana kata seorang Amirul Mukminin Umar bin Khattab, "Karunia terbaik bagi seorang hamba sesudah keislamannya adalah saudara yang saleh."
Komentar
Posting Komentar