Usaha Hari Ini Untuk Esok yang Penuh Rahasia
“𝘔𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬, 𝘥𝘪𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭.” (Mahatma Gandhi).
Dalam hidup manusia telah digariskan dua rasa yang selalu bergandengan dan tak akan pernah lepas. Rasa lapang dan sempit, bahagia dan sedih, suka dan duka. Rasa itu selalu menyertai dalam berbagai ikhtiar. Tak selamanya hasil akan sesuai dengan apa yang diusahakan, bukan berarti itu bentuk kezaliman, melainkan sebagai bentuk kesungguhan berikhtiar. Hasil dari ikhtiar berupa rezeki, sedangkan rezeki adalah ketetapan yang cara menjemputnya diliputi ujian dengan berbagai rasa.
Hari itu, embusan angin subuh menerpa wajah optimisnya. Selepas kewajiban telah tertunai ia menyusun rencana penawaran usahanya. Embun yang menggelayut di daun bunga sejak pintu dibuka mulai mengering tersapa sinar mentari pagi.
Jarum jam menunjukkan saatnya melakukan penawaran, sebelum itu ia meluruskan niat bahwa yang dilakukannya bukan hanya sekedar memperoleh keuntungan, melainkan juga membantu memudahkan kebutuhan orang lain. Kemudian ia membungkusnya dengan doa. “Bismillah,” ucapannya mengiringi percakapan dan penawaran pada calon customer.
Dengan segala rasa dan kemampuan yang dimilikinya ia kerahkan. Sayangnya, berjam-jam ia melakukan penawaran tak ada juga yang terjual. Dia tak putus asa, besoknya lagi dia melakukannya. Jarum jam terus berputar, cahaya matahari telah terganti oleh cahaya bulan, dan waktu berlalu.
Ternyata sudah sepekan berlalu, penawaran yang dilakukannya pun tak kunjung membuahkan hasil.Terus saja ia melakukan penawaran meski penolakan selalu ia dapatkan. Hingga suatu hari orang yang ia kenal, tetapi tak pernah ditawarkan justru membeli dagangannya.
Sampai di sini menambah keyakinannya bahwa sesuatu itu terkadang datang bukan dari jalan yang diusahakan. Namun,manusia berkewajiban mengusahakan dengan sungguh-sungguh. Ini telah dicontohkan ribuan tahun silam, ia mengambil pelajaran dari kisah Ibunda Hajar dan Ismail.
Di atas pasir dan di bawah sinar matahari yang panas keduanya berada. Telah habis bekal yang disiapkan dan air susu telah mengering. Suara tangis kelaparan bayi memenuhi lembah Bakkah.
Dengan sisa tenaga Hajar berlarian antara bukit Shafa dan Marwah mencari jejak air untuk diri dan bayinya yang kelaparan. Dengan gigih dan sekuat tenaga serta keyakinan bahwa Rabb melihat usahanya dia terus mencari. Namun, mata air yang diharapkan itu tak dimunculkan di tempat pencariannya.
Setelah sempurna tujuh kali putaran antara bukit Shafa dan Marwah ia melihat kilauan dan mendengar gemericik air di dekat sang bayi (Ismail). Dengan dada berdegup dan langkah yang tak lagi tegak ia menuju bayinya. Di sanalah Jibril atas perintah Allah menyingi pasir dengan sayapnya sehingga muncul air. Kemudian Hajar membendung air itu, yang saat ini dikenal dengan sebutan air zamzam.
"𝘈𝘪𝘳 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘶𝘬𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘮𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘪𝘳 𝘻𝘢𝘮𝘻𝘢𝘮, 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 (𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯) 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘳𝘢, 𝘰𝘣𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵.” (HR. Ath-Thabrani).
Air zamzam menjadi air tersuci di atas muka bumi dan dengan air itu pula manusia tersuci dibersihkan dan dicuci jantungnya. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas: Pada masa itu usia Nabi Muhammad empat atau lima tahun. Muhammad didatangi Jibril saat bermain bersama teman-temannya. Jibril membelah dadanya dan mengambil hatinya, kemudian mengeluarkan segumpal darah dari dalam dadanya.
“Ini adalah milik setan yang ada dalam dirimu,” kata Jibril. Kemudian Jibril mencuci bersih hati itu ke dalam baskom yang terbuat dari emas menggunakan air zamzam dan menyusunnya kembali. Teman-teman Muhammad lari tunggang langgang sambil berteriak berkali-kali, “Muhammad dibunuh!” Kemudian mereka kembali mendatangi Muhammad kecil yang berwajah cerah itu.
Air zamzam itu muncul dari jalan yang tidak diusahakan dan pada tempat yang tak disangka-sangka. Hajar tak pernah merasa bahwa lari tujuh kali adalah sesuatu yang sia-sia meski air itu tidak Allah terbitkan pada tempat pencariannya. Demikianlah rezeki, setelah menyempurnakan ikhtiar selanjutnya serahkan kepada Allah dengan penuh keyakinan karena Dia tahu di mana tempat terbaik, kapan saat terbaik, dan bagaimana cara terbaik.
Komentar
Posting Komentar