Catatan Anak Sekolah
"Kring, kring, kring." Bunyi bel masuk jam istirahat kedua. Murid putri mulai tertib menaiki tangga gedung B. Sedangkan murid putra ada yang berlarian menaiki tangga gedung A.
Meski masih jenjang SD, di sekolah, murid putra dan putri dipisah. Gedung A untuk kelas putra dan gedung B untuk kelas putri, tetapi masih dalam satu lokasi.
Selepas dari pro kontra pemisahan antara kelas putra dan putri, aku pribadi memandang sangat memudahkan berinteraksi ketika kelas dipisah. Sebab, Aku pernah merasakan mengajar kelas campuran saat masih kuliah. Pertama saat PPL (Praktek Kerja Lapang) dan kedua saat P2K (Pemantapan Profesi Keguruan) masing-masing tiap kegiatan itu selama kurang lebih tiga bulan.
Lima menit kemudian, lorong-lorong kelas lengang, semua sudah berada di kelas masing-masing. "Assalamualaikum!" ucap sang guru membuka pintu kelas A. "Waalaikumusalam warahmatullah wabarakatuh," serentak dua puluh tujuh murid putra menjawab dalam keadaan duduk tenang.
Biasanya, saat masuk kelas masih ada yang main atau makan. Suara denting jam terdengar jelas, penanda kelas benar-benar tenang. Seperti biasa, aku membuka laci meja untuk mengambil spidol sebelum memulai pelajaran.
Rasa penasaran akhirnya terjawab. Rupanya mereka menyimpan sebatang cokelat dan sepucuk surat cinta di dalam laci itu. "Maafkan kami. Kami mencintaimu," bunyi isi surat itu.
"Untuk apa ini, Nak?" tanyaku kepada mereka. "Itu sebagai permintaan maaf yang kemarin," jawab salah seorang di antara mereka yang angkat tangan.
Memori memutar kembali ke hari kemarin. Dengan nada kasih sayang, untaian nasihat diberikan kepada mereka semua meski tak semuanya bersalah. Jatuh cinta memang fitrah, tetapi mengajarkan mereka bagaimana menjaga cinta di masa pubertas tidaklah mudah.
Pemisahan kelas bukan jaminan untuk anak-anak jatuh pada keterpurukan akhlak, tetapi setidaknya dengan pemisahan kelas adalah upaya untuk menjaga moral anak antar sesama lawan jenis.
Dikutip dari jurnal yang ditulis oleh T. Yuliyanto mengatakan bahwa, siswa dalam kelas putra sering bercanda dengan tujuan membuat diri mereka sebagai orang yang hebat dan cenderung berbicara terbuka pada teman belajarnya.
Kelas putri memiliki interaksi yang baik dikarenakan kemampuan mereka dalam berkomunikasi terutama sesamanya. Cara berkomunikasi inilah yang menjadikan suasana keakraban dalam kelas.
Sedangkan siswa kelas campuran memiliki kecanggungan dalam berinteraksi karena kehadiran lawan jenis, kecanggungan ini karena timbulnya rasa malu dan adanya norma tertentu."
#30DWCjilid31
Komentar
Posting Komentar