Simple
Lahir dari rahim manusia kaya atau miskin adalah takdir, tetapi hidup sederhana adalah pilihan."Bahagia itu sederhana sesederhana mengucapkannya." Kalimat yang singkat, tetapi memiliki makna yang dalam.
Kebahagiaan memang tak selamanya didapatkan dari bermewah-mewahan. Pun sebaliknya, seseorang yang hidup sederhana belum tentu hidupnya biasa-biasa saja. Tetesan embun pagi mengiringi kehadirannya, hampir tiap pagi ia selalu hadir dengan wajah berbinar bahagia dan senyum terukir di bibir mungilnya.
Saat yang lain membawa uang belanja puluhan ribu, ia hanya membawa uang ribuan dan dengan bekal dari tangan yang penuh cinta dan kasih. Di balik kesederhanaan ia mengukir prestasi, merangkul banyak teman. Dan paling yang hebat.
adalah orang yang mengajarkannya bahwa hidup sederhana tidak harus menjadi biasa-biasa saja dan hidup mewah bukan juga jaminan kebahagiaan. Abu Bakar adalah nama yang sangat dikenal oleh penduduk langit dan bumi. Manusia yang dianggap paling agung dalam sejarah Islam setelah Rasulullah.
Keagungannya tercatat dalam kesederhanaan yang ia pilih. Mengorbankan kemewahan yang telah dikumpulkan dengan segala kemampuan untuk menjadi luar biasa. Pilihan yang dipilih Abu Bakar bukan mengajarkan manusia untuk menjadi biasa-biasa saja, tetapi kejarlah kekayaan, namun jangan hidup di dalamnya. Belilah dengan kekayaan dimiliki itu sesuatu yang mulia.
Sebab, memiliki kemewahan yang bermanfaat menjadi kemuliaan tersendiri yang tak dimiliki oleh mereka yang ditakdirkan untuk hidup sederhana. Suatu hari Rasulullah didatangi oleh sekelompok sahabat, "Ya Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong semua pahala hingga tingkatan yang paling tinggi sekalipun," kata seorang dari mereka. "Mengapa kamu berkata demikian?" Tanya Rasulullah.
"Mereka salat sebagaimana kami salat. Mereka puasa sebagaimana kami puasa. Namun, giliran saat mereka bersedekah, kami tidak kuasa melakukan amalan seperti mereka. Mereka memerdekakan budak sahaya, sedangkan kami tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu," ujar salah seorang di antara mereka.
"Wahai sahabatku, sukakah aku ajarkan kepadamu amal perbuatan yang dapat mengejar mereka dan tidak seorang pun yang lebih utama dari kamu kecuali yang berbuat seperti perbuatanmu?" Dengan sangat antusias, mereka pun menjawab serentak, "Tentu, ya Rasulullah." "Bacalah, subhanallah, alhamdulillah, Allahu akbar," nasihat Rasul. Mereka pun pulang untuk mengamalkan sebanyak-banyaknya.
Tak lama berselang, setelah beberapa hari berlalu, kelompok tadi
itu kembali menyampaikan keluhannya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah,
saudara-saudara kami (orang kaya) itu sudah tahu amalan yang engkau wasiatkan kepada
kami, lalu mereka berbuat sebagaimana perbuatan kami." "Itulah
karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki (orang
kaya)," jawab Rasulullah.
Komentar
Posting Komentar