Jadikan Rindu Dalam Kadarnya dan Mengambil Pelajaran Darinya


Saat hati ingin mengusir rindu, tapi pikiran menariknya, sehingga rindu kembali tinggal dan saat pikiran mengusirnya, hati malah tak tega melepasnya. Seperti itu terus, hingga titik jenuh pun masih menjadi misteri

Namun, aku ketahui bahwa puncak rasa rindu seseorang adalah ketika tak lagi ada temu, tak lagi bertegur sapa. Namun, di dalam hati terlangitkan do'a agar tetap membersamai meski berjarak.

Yahh...karena sampai hari ini Allah masih mentakdirkan stay at home, sehingga yg tersebut rindu memuncak dalam diri akan tetapi sedikit ditepis dengan keimanan di dalam dada yang mana ia adalah sabar dan syukur atas ketetapan Allah untuk kembali bersua mengukir jejak langkah yang kita rintih saat ini dengan harap kelak kita bisa menjadi bermanfaat untuk ummat. Tepatnya sebagai generasi sang idola (Rasulullah)

Wahai diri, tetaplah jaga rindumu dalam kadarnya dan selalu mengambil pelajaran darinya karena bumi sangat luas yang isinya ribuan bahkan milayaran makhluk hidup. Namun, hanya sedikit dari mereka yang bertahan dalam memilih jalan yang harus ia tempuh untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan yang abadi.

Bukan!. Bukan untuk dunia, melainkan kehidupan setelahnya. Kehidupan yang hanya akan didapatkan oleh mereka yang berhasil melakukan segala cara, bahkan dengan rindu membujuk dan merayu Sang Pencipta untuk mendapatkan ridho-Nya. Mengapa mereka melakukannya?. Tentu saja karena mereka yakin, siapa pun yang mendapatkan Ridho-Nya, maka saat itulah kebahagiaan mendekapnya.

Tiada yang kekal dalam kehidupan dunia, semua yang bermakna akan pergi, bahkan menghilang. Bukankah senja itu indah?. Namun, ia pun akan menghilang disaat datangnya kegelapan. 

Bukankah rembulan pun indah di malam hari?. Bahkan ia pun akan pergi saat fajar menyapa. Percayalah, dunia adalah penipu yang paling sempurna dengan segala pesonanya. Lantas mengapa tidak mengambil pelajaran darinya? 

Sekali lagi, jadikan rindumu dalam kadarnya dan mengambil pelajaran darinya. Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri dunia adalah tempat terbaik untuk merayu Sang Agung, tempat yang penuh tipu daya, sekaligus untuk menguji manusia yang pantas untuk mendapatkan Ridho-Nya. 

Rinduku saat in terpacu pada kalimat ini "cukupkan dunia dalam genggaman bukan dalam hati karena hati hanya untuk Sang Muhabbah."


by Sulfiana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bicara Tentang Palestina Dalam Kelas

Belum Jadi Guru Yang Baik

Guru Aini